Rabu, 20 Mei 2009

mlaku-mlaku

kangen pengen ndek borobudur meneh..........kapan ya..!

weleh2

z
ANFO (Amonium nitrate and fuel oil)

psg di SG dan utsg

Rabu, 13 Mei 2009

Drilling ( pemboran ) adalah suatu aktifitas atau kegiatan untuk membuat lubang dengan mengunakan unit bor yang mana lubang tersebut nantinya akan digunakan sebagai tempat peletakan bahan peledak. Pemboran sangat berpengaruh dalam menentukan hasil fragmentasi yang akan dihasilkan. Burden adalah jarak antara row ( baris ) satu dengan row yang lainya. Burden merupakan vareabel yang sangat penting dan krisis dalam mendisain peledakan. Jarak burden juga sangat erat hubunganya dengan besar kecilnya diameter lubang bor yang digunakan dan kekerasan batuan. Jarak burden optimum biasanya terletak diantara 25 – 40 diameter lubang, maka dapat dirumuskan :

B = 25 – 40 d

B = Burden ( mm )

D = Diameter lubang bor ( mm )

Spacing adalah jarak diantara lubang tembak dalam suatu row ( baris ). Spacing merupakan fungsi daripada burden dan dihitung setelah burden ditetapkan terlebih dahulu. Secara teoritis, optimum spacing ( S ) berkisar antara 1,1 – 1,4 burden ( B ) atau :

S = 1,1 – 1,8 B

S = Spacing

B = Burden

Jika spasi lebih kecil dari pada burden cenderung mengakibatkan steaming ejection yang lebih dini. Akibatnya gas hasil ledakan dilambungkan ke atmosfer di sertai dengan noise dan air blast. Sebaliknya jika spasi terlalu besar diantara lubang tembak fragmentasi yang dihasilkan tidak sempurna. Biasanya rata – rata S = 1,25 B.

Pola Pemboran ( Drill Patterns )

Hampir semua pola pemboran dapat diklasifikasikan menjadi :

- Square

- Stanggred atau zig – zag

Dalam square pattern jarak burden dan spacing sama. Rectangular pattern jarak spacing dalam satu baris lebih besar dari pada jarak burden.

Bentuk Pola Pemboran Pada Tambang Dalam

Untuk membuat lubang maju di dalam tambang bawah tanah atau Tunnel perlu diciptakan suatu bidang bebas ( free face ) untuk kebutuhan peledakan. Untuk menambah free face dibuthkan “ Cut “. “ Cut “ adalah suatu lubang buka yang diciptakan pada suatu face yang belum ada free face-nya, bentuknya berupa lubang bor sedalam kemajuan yang diperoleh.

Tipe – tipe “ Cut “ ada 3 ( tiga ) macam :

1. Burn Cut, dipakai untuk suatu lubang bukaan yang kecil.

2. Wedge/ Angled Cut, dipakai untuk lubang bukaan yang relatif besar.

3. Kombinasi dari kedua tipe tersebut.

Pola keseluruhan dalam pembuatan lobang maju ( opening ) tertentu, terdiri atas “ cut hole ”, “relief atau breast hole”, “ angle hole ” dan “ trim hole ”, disebut “ round ”.

Sistem kemajuan dari lubang bukaan

Sistim kemajuian dari pada lubang bukaan ( tunnel ) pada facenya ada dua cara,yaitu :

- Full face drive dan

- Top Heading and bench

Jumlah lubang bor yang di perlukan dalam satu face, tergantung dari pada luas muka kerja. Misal untuk luas lubang buka dengan face area = 40 m2 diperlukan jumlah lubabg bor 75 ( untuk batuan keras ) dan face area = 50 m2 diparlukan jumlah lubang bor 80 buah ( batuan keras ) dan 75 buah ( untuk batuan sedimen ).

Diameter Lubang Bor

Pemilihan diameter lubang bor tergantung dari tingkat produksi yang diinginkan. Dengan lubang bor yang lebih besar, lebih besar pula tingkat produksi yang dihasilkan. Pemilihan ukuran lubang bor secara tepat adalah penting untuk memperoleh hasil fragmentasi secara maksimal dengan biaya rendah.

Faktor – factor yang membatasi pemilihan diameter lubang bor antara lain :

1. Ukuran frgmentasi yang diinginkan

2. Perlu pengisian dengan bahan peledak yang rendah ( sedikit ) karena bahaya getaran ( ground vibration ) yang akan ditimbulkan.

Pada umumnya ada 3 ( tiga ) criteria dalam menentukan lubang bor yang akan digunakan, yaitu kesediaan alat bor, kedalaman yang akan di potong atau diledakkan dan jarak terdekat terhadap bangunan.

Disamping itu, diameter lubang saling berkaitan dengan ketinggian jenjang dan burden. Untuk kontrol desing dengan hasil frgmentasi yang bagus, menurut pengalaman, diameter lubang bor harus berkisar antara 0,5 – 1 % dari tinggi jenjang atau

d = 5 – 10 K

Dimana d = Diameter lubang bor ( mm )

K = Tinggi jenjang ( m )

Dengan diameter lubang yang kecil, konsekwensinya burder juga kecil, aakan memberikan hasil fragmentasi yang bagus dengan getaran ( ground vibraion ) rendah. Hal ini perlu diperhatikan, lebih – lebih kalau lokasi peledakan dekat dengan perumahan penduduk. Tapi pada daerah yang bebas atau jauh dari perumahan bisa dipakai lubang bor yang lebih besar untuk mengurabgi jumlah pemboran.

Pemakain lubang bor kecil pada kondisi batuan yang sangat berjoint akan menghasilkan fragmentasi yang baik dari pada lubang bor besar. Pada permukaan tiap – tiap joint terdapat reflaksi gelombang ledak yang dihasilkan oleh proses peledakan, karena itu bisa berfungsi sebagai free face.

Ketinggian Jenjang dan Kedalaman Lubang Bor

Secara spesifik tinggi jenjang maksimum ditentukan oleh peralatan lubang bor dan alat muat yang tersedia. Ketinggian jenjang disesuaikan dengan kemempuan alat bor dan diameter lubang. Lebih tepatnya jenjang yang rendah dipakai diameter lubang kecil, sedangkan diameter bor besar untuk jenjang yang tinggi, memberian ilustrasi tentang beberapa factor dalam penentuan jenjang sehububgan diameter lubang bor.

Secara praktis hubungan diantara lubang bor dengan ketinggian jenjang dapat diformulasikan sbb :

K = 0,1 – 0,2 d

Dimana K = Tinggi jenjang ( m)

D = Diameter Lubang Bor ( mm )

Arah Pemboran

Ada dua cara dalam membuat lubang bor, yaitu member dengan lubang miring atau denagn lubang tegak.

Dengan lubang bor miring biasanya untuk mengurangi problem break. Lebih dari itu lubang bor miring mempunyai lebih banyak keuntungan dari pada yang tegak, yaitu :

- Bisa mengurangi biaya pemboran dan konsumsi bahan peledak, karena dengan burden yang lebih besar.

- Akan diperoleh jenjang ( bench ) yang stabil

- Mengurangi resiko timbulnya tonjokan dan back break,

- Hasil tumpukan ( much pile shape ) yang lebih bagus.

Dengan pemboran miring gelombang ledak ( scock wave ) yang dipantulkan dari lantai dasar jenjang akan lebih besar.

Dengan pemboran tegak pada bagian atas jenjang kurang bagus karena ada back break, fragmentasi kurang dan pada bagian lantai dasar daya ledak tidak bisa sepenuhnya tersalurkan. Tapi dengan lubang bor miring, yang biasanya dengan kemiringan 3 : 1 ( 18 ° ) bisa menghindari problem tersebut diatas. Sebaliknya, terdapat beberapa kerugian atau kesulitan dam membuat bor miring, antara lain :

- Sulit melakukan pemboran secara akurat ( human eross ), khususnya bila membor yang lebih dalam.

- Diperlukan supervision yang ketat

Disamping itu “ drillhole straightnees ” adalah merupakan factor yang penting. Jika arah pemboran tidak lurus ( aligment erros ) akan memberikan pengaruh terhadap biaya pemboran dan peledakan yang condong lebih besar. Disamping itu berakibat jarak spacing ( burden akan berubah dari desain yang telah ditetapkan,karena saling berhimpit atau mengecil atau membesar.

2.2.3 Blasting ( Peledakan )

F:\foto\Blasting.jpg

Pengertian Bahan Peledak

Sebelum kita mengetahui apa itu Blasting, Kita harus mengetahui bahan peledak terlebih dahulu.Bahan Peledak adalah suatu bahan kimia berupa senyawa tunggal atau campuran berbentuk padat,cair,gas atau campuranya,yang apanila dikenai suatu reaksi berupa panas, benturan, gesekan atau ledakan awal, maka akan mengalami suatu reaksi kimia yang sangat cepat yang menghasilkan reaksi sehingga sebagian atau seluruhnya berubah menjadi bentuk gas dengan disertai panas dan tekanan yang sangat tinggi.

Sifat – sifat umum bahan ledak

Pada umumnya bahan ledak campiran ( persenyawaan ) mengandung 4 elemen dasar yaitu C ( karbon ), H ( hidrogen ), dan O ( oksigen ).Berdasrkan senyawa tersebut dan campuran bahan peledak memiliki sifat dan karakteristik sebagai berikut :

a. Strenght ( Prosentase yang menunjukan dari bahan peledak )

Untuk memudahkan pengukuran strenght dari bahan peledak,maka dipakai cara:

· Weight Strenght,Pengukuran berdasarkan berat bahan peledak.

· Volume Strenght, Pengukuran berdasarkan volume bahan peledak.

b. Density ( Berat per satuan volume )

Density ada 3 ( tiga ) jenis, yaitu :

· Density yang menyatakan berat bahan peledak per satuan volumenya

· Loading Density yang menyatakan berat bahan peledak per unit panjang/kedalaman lubang ledak, lb/ft

· Catridge count, banyaknya catridge atau batang bahan peledak dengan ukuran 1 ¼ X 8 di dalam peti seberat 22,5 kg

c. Sensitivity ( Kepekaan ),adalah ukuran mudah atau tidaknya suatu reaksi peledakan dari bahan peledak akan mulai/terjadi atau relatif mudah tidaknya suatu reksi peledakan dirambatkan ke seluruh muatan bahan peledak.

Beberapa jenis kepekaan ( sensitivity ) :

· Sensitivity to shock

· Sensitivity to friction

· Sensitivity to heat

· Sensitivity to initiation

· Sensitivity to cap

d. Velocity of detonation, Adalah kecepatan perambatan gelombang hentakan dari suatu ledakan.

e. Fume Characteristic, Adalah sifat bahan peledak yang menghasilkan dan menggambarkan banyak sedikitnya gas berbahaya dan beracun.

f. Water Resistance, Yaitu kemampuan bahan ledak untuk menahan rembesan air.

g. Permissibility, Adalah Sifat bahan peledak yang menggambarkan dapat tidaknya bahan peledak tersebut digunakan untuk peledakan di tambang Batubara bawah tanah,yang biasanya mengandung gas methane ( CH4 ) dan debu batubara.

h. Chemicial Stability, Yaitu ukuran kesetabilan bahan peledak dalam penimpaan ( Handling ).

i. Packaging, Yaitu kialitas pembungkusan bahan peledak (dodolnya, dan bukan kotaknya ) harus dianggap sebagai bagian karakteristik/sifat bahan peledak.

Pengolongan Bahan Peledak

Bahan peledak dapat digolongkan menjadi 4 ( empat ) bagian, berdasarkan :

1. Lapangan operasinya, yaitu :

a. Bahan Peledak Militer, yaitu bahan peledak yang dipakai khusus untuk operasi militer,misalnya untuk perang.

b. Bahan Peledak Sipil, yaitu bahan peledak yang dipakai pada operasi pembangunan, misalnya untuk penambangan, pembuatan terowongan pelimpas air pada PLTA.

2. Berdasarkan Komposisinya,bahan peledak dapat dibagi menjadi 2 ( dua ) jenis, yaitu :

a. Senyawa Tunggal, yaitu bahan peledak yang terdiri dari satu jenis senyawa kimia saja,antar lain PETN ( Penta Erythrotol Tetra Nitrate ) atau TNT ( Tri Nitro Toluene )

b. Senyawa Campuran, yaitu bahan peledak yang terdiri dari berbagai senyawa kimia, antara lain dinamite, black powder, ANFO.

3. Berdasarkan Kecepatan Perambatan Reaksi, bahan peledak dapat dibagi menjadi :

a. Low Explosive, yaitu bahan peledak dengan kecepatan perambatan reaksinya rendah,yaitu lebih kecil dari 1.500 m/sec.Contohnya Black Powder

b. High Explosive, yaitu bahan peledak yang kecepatan reaksinya tinggi, yaitu lebih besar dari 1.500 m/sec.Contohnya dinamite,TNT, PETN

4. Berdasarkan Kepekaan, Bahan peledak dapat dibagi menjadi :

a. Iniating Explosive, yaitu bahan peledak yang mudah meledak karena adanya api/panas, benturan dan gesekan.contohnya PbN6, TNT, PETN ( bahan isian detonator ).

b. Non Initiating Explosive, yaitu bahan peledak sukar meledak dengan api/panas,benturan dan gesekan. Bahan peledak jenis ini biasanya digunakan sebagai basecharge yang akan meledak apabila ada ledakan pendahulunya.Contohnya A

Persiapan Peledakan

Setelah mempelajari pengertian dan klasifikasi bahan peledak kita memasuki tahapan persiapan peledakan.Dalam pekerjaan peledakan perlu diperhatikan faktor – faktor efisiensi hasil produksi,keselamatan kerja dan lingkungan sekitar areal peledakan.untuk itu tahapan dalam persiapan peledakan merupakan aspek penting yang perlu difahami dan dipatuhi, yaitu :

a. Pengamanan lapangan/areal kerja dan sekitarnya selama persiapan dan peledakannya.

b. Persiapan peralatan peledakan, antara lain Blasting Mechine, Blasting Ohmmeter, Shotgun, Crimper, Tongkat Pendek/Panjang, lead wire, ANFO loader, Lighter.

c. Persiapan perlengkapan peledakan, antara lain sumbu api/sumbu ledak, detonator biasa/listrik dan NONEL

d. Mempersiapkan Primer ( priming )

e. Pengisian lubang ledak ( Loading )

f. Penyambungan rangkaian ( circuit )

g. Pemilihan dan penyiapan tempat/posisi pemegang blasting mechine.

h. Pemeriksaan pasca peledakan dan pengamanan lokasi peledakan.

Pembuatan Primer ( Priming )

Dalam pekerjaan peledakan ada 3 ( tiga )metode penyalaan ( initiation ), yaitu :

a. Penyalaan dengan metode Sumbu Api dan Sumbu Ledak

b. Penyalaan dengan metode detonator listrik

c. Penyalaan dengan metode detonator NONEL

Sumbu Api

Pengertian sumbu api, atau sumbu bakar ( safety fuse ) adalah perlengkapan peledakan yang isia didalamnya berupa bahan peledak lemah ( Black Powder ) dan berfungsi untuk menghantarkan panas ke dalam detonator biasa.kemudian detonator tersebut akan menginitiasi/meledakkan primernya.

Peledakkan dengan sumbu api dan detonator biasa dapat dilakukan dengan cara :

· Triming

· Igniter Cord

Sumbu Ledak

Sumbu Ledak ( Detonating Cord ) adalah Sejenis sumbu yang isianya bahan peledak kuat ( TNT atau PETN ) 3,6 – 70 mg/meter yang berfungsi untuk meledakkan bahan peledak sebagai primer atau menghantarkan gelombang ledakan ( detonasi ).Kecepatan rambat gelimbang detonasi dari sumbu ledak sebesar 6.000 – 7.000 meter/detik.

Detonator Listrik

Detonator Listrik adalah sejenis detonator yang penyalaannya dengan menggunakan arus listrik.Pada ujung kabel listrik ( bermuatan positif dan negatif ) pada tabung detonator dilengkapi dengan kawat halus yang apabila dilewati arus listrik akan berpijar.Kawat pijar akan menyala ramuan pembakar yang akan meledakkan isian utama dan isian dasarnya yaitu bahan peledak TNT atau PETN.

NONEL

NONEL adlah sejenis detonator non listrik yang penylaanya menggunakan sistem ledakan awal atau shock ( kejutan ), baik dengan detonator listrik/biasa, shotgun, atau blasting mechine.Struktur NONEL terdiri dari :

a. Tube/Tabung plastik, yang isian di dalamnya adalah berupa bahan kimia reaktif terdiri dari jinis HMX.

b. Detonator non lislrik ( High Strenght Delay Detonator )

c. Connector

d. Label delay ( delay tag )

Rangkaian

Pekerjaan rangkaian peledakan adalah menghubungkan lubang ledak yang satu dengan yang yang lainnya.Merangkai atau menyambungkan antara lubang dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti dengan sumbu api, sumbu ledak, detonator listrik, dan NONEL

Untuk uraian disini akan dijelaskan rangkaian dengan menggunakan detonator listrik dan akan dijelaskan perhitungan jumlah tahanan, arus, dan voltase yang terdiri dari :

1. Rangkaian Seri

Hubungan seri untuk detonator listrik dapat diilustrasikan sebagai berikut :

firing line

Detonators

Power Source

Rumus umum pada rangkaian seri adalah :

R total = R1 + R2 + R3 + .........Rn atau = nR

i total = i 1 = i 2 = i 3

Volt = I x nR

Untuk peledakan dengan seri, arus yang semestinya diperlukan adalah 1,5 A

2. Rangkaian Paralel

Firing Line


Power Source

Buswire

Prinsip dasar hubungan parallel adalah :

1/R total = 1/R1 + 1/R2 + .........1/Rn = n/Rn

I total = i1 + i2 + i3 +.......In

Volt = I ( nR )

Untuk peledakan dengan rangkaian paralel, arus yang paling rendah adalah 0,5 A untuk setiap detonator.

3. Rangkaian seri – parallel

Dalam hubungan seri parallel, maka masing – masing sambungan seri digabungkan dengan hubungan parallel dengan sambungan seri yang lainnya. Tipe hubungan ini sering digunakan bila jumlah total detonator listrik yang akan diledakkan lebih dari 50 detonator.

Pola Peledakan

1. Square Pettern

Perlu diperhatikan dalam pemilihan kombinasi dari pola pemboran dan pola peledakan dengan delay detonator ( delay pattern ) untuk mendapatkan fragmentasi atau arah lemparan yang diinginkan. Pada umumnya square pattern digunakan dengan kombinasi V delay pattern.

Peledakan denga detonator delay seorang blaster dapat membagi ledakan menjadi beberapa bagian yang lebih kecil tiap ledakkanya. Dengan detonator delay dapat memberikan penundaan diantara lubang tembak yang mendekat. Beberapa keuntungan diperoleh :

- Mengurangi getaran

- Mengurangi overbreak dan fly rock

- Mengurangi fragmentasi

Fragmentasi yang bagus akan diperoleh bila saat peledakan dari masing – masing kolom isian ( charge ) ada cukup waktu untuk setelah ada free face tambahan ( sebelum isian bahan peledak yang lain sempat meledak ).

2. Rectangular Pattern

Rectangular pattern biasanya dibuat dengan sistim straggered pattern untuk mendapatkan distribusi bahan peledak yang baik. Dengan pola ini baris demi baris dari pada delay pattern lebih cocok. Cara ini juga sering dipakai untuk memotong overburdern dimana lemparan optimum diperlukan. Bila getaran menjadi batasan, pemboran diperbanyak dan tiap barisnya juga dipasang delay detonator yang lebih banyak.

2.2.4 Loading dan hauling ( Pemuatan dan pengangkutan )

Setelah digali atau diledakkan, batu kapur dimuat menggunakan Power Shovel type Komatsu PC 650 dengan kapasitas munjung 3,8 m³ ke dalam Dump truck Nissan Diesel type CWA dan CWB dengan kapasitas setiap truck 20 ton, unutk selamjutnya dibawa menuju crusher atau stockyard. Alat angkut di stockyard adalah Wheel Loader Komatsu WA 500.

2.3 Penambangan Tanah Liat

Pada dasarnya penambangan tanah liat tahapanya sama dengan penambangan batu kapur, bahkan relatif lebih mudah, karena tidak dilakukanya peledakan dan tanah liat dapat langsung diambil dengan menggunakan Shovel.

Tetapi pada kenyataanya di lapangan, penambangan tanah liat justru lebih banyak bermasalah karena beberapa faktor berikut :

- Jebolnya tanggul buatan yang menyebabkan sebagian quarry tanah liat yang digenangi air apabila hujan turun maka kegiatan penambangan terpaksa dihentikan karena quarry tergenang air.

- Tingginya kadar air dalam tanah liat yang mengurangi kualitas tanah liat.

Tanah liat yang bagus ( berwarna abu – abu ) justru ada dilapisan bagian dalam yang sebagian besar tergenang air.